Data Pertumbuhan Ekonomi Jepang Dirilis di Bawah Perkiraan

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berencana untuk menyusun langkah-langkah ekonomi baru untuk meringankan kesulitan rumah tangga akibat kenaikan harga.

Data Pertumbuhan Ekonomi Jepang Dirilis di Bawah Perkiraan

Perekonomian Jepang tumbuh di bawah perkiraan pada periode April-Juni 2023. Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan ini menimbulkan keraguan atas proyeksi bank sentral Jepang bahwa permintaan domestik yang kuat akan menjaga Jepang tetap berada di jalur pemulihan.

Pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Jepang  tumbuh 4,8% secara tahunan pada periode April sampai dengan Juni 2023. Angka tersebut lebih rendah dari estimasi awal sebesar 6% dan di bawah perkiraan pasar sebesar 5,5%.

Faktor utama dibalik lemahnya ekonomi Jepang tersebut adalah penurunan belanja modal sebanyak 1% jika dibandingkan dengan pembacaan awal. Hal ini juga kemudian menimbulkan keraguan pada pandangan Bank of Japan (BoJ) bahwa belanja perusahaan yang kuat akan menopang ekonomi Jepang pasca pandemi.

Konsumsi swasta yang menyumbang lebih dari setengah ekonomi Jepang, turun sebanyak 0,6% pada periode April sampai dengan Juni 2023. Lebih besar dibandingkan penurunan di kuartal sebelumnya yaitu 0,5%.

Ekspor tetap solid dengan permintaan eksternal bersih menyumbang 1,8% ke PDB Jepang.  Tetapi pengiriman ke China merosot 13,4% di bulan Juli, sekaligus menandai penurunan selama 8 bulan berturut-turut.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berencana untuk menyusun langkah-langkah ekonomi baru untuk meringankan kesulitan rumah tangga akibat kenaikan harga.

Pemerintah telah memutuskan untuk memperpanjang subsidi setelah musim gugur ini untuk menurunkan harga bensin yang sebagian kenaikannya disebabkan oleh melemahnya mata uang yen yang telah meningkatkan harga minyak mentah impor.

Subsidi pemerintah telah membantu mengurangi beberapa tekanan inflasi. Namun tingkat inflasi Jepang tetap berada di atas target 2% dari Bank of Japan selama lebih dari satu tahun. 

Hal ini kemudian cukup mempersulit upaya bank sentral untuk membenarkan pandangannya bahwa inflasi akan melambat dalam beberapa bulan ke depan dan oleh karena itu pelonggaran moneter harus dilakukan. (YSI)