Penguatan Dolar dan Yield AS Kembali Menekan Harga Emas
“Sampai puncak dolar terjadi dan imbal hasil obligasi pemerintah mulai turun, emas akan kesulitan mengumpulkan pergerakan naik” kata analis OIB
Emas berjangka lebih rendah pada akhir perdagangan Rabu, mencatat penurunan untuk sesi kedua berturut-turut, tertekan oleh penguatan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS ketika data ekonomi yang optimis mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.
Berbicara dalam sambutannya pada Rabu (6/9/2023) di New England Council, Presiden Federal Reserve Boston Susan Collins mengatakan Federal Reserve "berada dalam posisi yang baik untuk melanjutkan dengan hati-hati" dalam kenaikan suku bunga setelah salah satu siklus pengetatan paling agresif dalam beberapa dekade.
Meskipun The Fed "mungkin mendekati, atau bahkan pada, puncak" kenaikan suku bunga, "pengetatan lebih lanjut mungkin diperlukan" tergantung pada data, kata Collins. Dia memperkirakan suku bunga AS akan tetap pada tingkat yang restriktif untuk “beberapa waktu.”
Emas berada di bawah tekanan jual baru pada Rabu (6/9/2023) setelah data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan "meningkatkan ekspektasi terhadap suku bunga AS yang akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," kata analis OIB
"Logam mulia masih bergantung pada apresiasi dolar dan kenaikan imbal hasil Treasury," tambahnya.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan setinggi 105,02, tertinggi dalam sekitar enam bulan. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun berada di 4,295 persen, naik dari 4,267 persen pada Selasa (5/9/2023) sore.
Dolar yang lebih kuat dapat berdampak negatif terhadap komoditas, menjadikannya lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya, sementara suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.
“Sampai puncak dolar terjadi dan imbal hasil obligasi pemerintah mulai turun, emas akan kesulitan mengumpulkan pergerakan naik” kata analis OIB
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada Rabu (6/9/2023) beragam. Indeks manajer pembelian(PMI) jasa-jasa dari Institute for Supply Management tercatat 54,5 pada Agustus, meningkat 1,8 poin persentase dibandingkan dengan angka Juli sebesar 52,7 persen.
PMI jasa-jasa S&P Global AS berada di angka 50,5 pada Agustus, sedikit di bawah perkiraan 51,0. (YSI)