Pamor Dolar Sebagai Mata Uang Global yang Dominan Mulai Luntur
Pada pekan kemarin, ekonom top lembaga pemeringkat kredit S&P Global mengatakan, cengkeraman dolar AS sebagai mata uang global yang dominan semakin melonggar.
Pada pekan kemarin, ekonom top lembaga pemeringkat kredit S&P Global mengatakan, cengkeraman dolar AS sebagai mata uang global yang dominan semakin melonggar.
Sanksi AS yang agresif seperti pembekuan cadangan Rusia senilai ratusan miliar dolar tahun lalu telah membuat banyak negara mulai melakukan perdagangan dalam mata uang selain dolar serta meningkatkan cadangan emas mereka.
"Dolar tidak memiliki daya tarik seperti dulu," kata Paul Gruenwald, kepala ekonom S&P di London.
Gruenwald menunjuk beberapa contoh di mana sejumlah negara saat ini menghindari penggunaan dolar AS.
"Ada hal-hal lain yang terjadi di luar dunia dolar," imbuhnya.
Dia kemudian menyontohkan adanya peningkatan perdagangan yang dilakukan dalam yuan China dan pembiayaan murah yang ditawarkan oleh bank pembangunan yang berkantor pusat di China seperti Asia Infrastructure Investment Bank dan New Development Bank, yang sebelumnya dikenal sebagai bank BRICs.
"(Dolar) AS akan terus menjadi mata uang dunia terkemuka, (tetapi) tidak lagi menjadi mata uang dunia yang dominan," kata Gruenwald.
De-dolarisasi, China timbun emas
Sebelumnya diberitakan, Bank sentral China terus melakukan pembelian emas. Dengan demikian, pembelian logam mulia ini sudah berlangsung selama delapan bulan berturut-turut. Pada bulan Juni 2023, China mencatatkan pembelian emas sebanyak 23 ton.
Menurut data resmi yang dikutip oleh Bloomberg, sekarang, People's Bank of China memiliki cadangan 2.330 ton emas.
Melansir Business Insider, penimbunan emas terjadi di tengah upaya negara itu untuk mengikis dominasi dolar secara global serta meningkatnya kegelisahan ekonomi dan geopolitik. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai de-dolarisasi.
Sementara itu, bank sentral lain di seluruh dunia juga membeli emas. Pada tahun 2022, permintaan logam kuning meroket, dan tren tersebut berlanjut hingga tahun ini dengan pembelian kuartal pertama naik 176%.
Meskipun greenback telah menjadi aset cadangan devisa sejak lama, pergeseran penggunaan dolar menyusul adanya sanksi Barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, yang secara efektif memotong Moskow dari US$ 300 miliar cadangan mata uang asingnya.
Menurut laporan Dewan Emas Dunia dari bulan Mei, 62% bank sentral memperkirakan bahwa emas akan menjadi bagian cadangan yang lebih besar dalam lima tahun ke depan. Sementara itu cadangan dolar diperkirakan berkurang, terhitung menjadi sekitar 40%-50%. (YSI)