Harga Minyak Turun 2 Hari Berturut-turut di Tengah Perlambatan Ekonomi China dan Kilang Libya yang Kembali Beroperasi
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus merosot 1,27 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi menetap pada 74,15 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak jatuh lebih dari 1,5 persen pada akhir perdagangan Senin setelah pertumbuhan ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan menimbulkan keraguan atas kekuatan permintaan di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu, dan dimulainya kembali sebagian produksi Libya yang dihentikan juga menekan harga.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus merosot 1,27 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi menetap pada 74,15 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman September tergelincir 1,37 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi ditutup pada 78,50 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Kedua kontrak acuan mencatat penurunan untuk hari kedua berturut-turut.
Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 6,3 persen tahun-ke-tahun pada kuartal kedua, dibandingkan dengan perkiraan para analis sebesar 7,3 persen, karena pemulihan pasca-pandemi kehilangan momentum.
Minyak juga berada di bawah tekanan pada Senin (17/7/2023) ketika dimulainya kembali produksi di dua dari tiga ladang Libya yang ditutup minggu lalu. Produksi telah dihentikan oleh protes terhadap penculikan mantan menteri keuangan.
Sementara itu, ekspor minyak Rusia dari pelabuhan barat akan turun 100.000-200.000 barel per hari (bph) bulan depan, tanda bahwa Moskow memenuhi janji untuk pengurangan pasokan bersama dengan Arab Saudi, kata dua sumber pada Jumat (14/7/2023).
Produksi minyak serpih AS juga akan turun menjadi hampir 9,40 juta barel per hari pada Agustus, yang akan menjadi penurunan bulanan pertama sejak Desember 2022, data dari Badan Informasi Energi menunjukkan pada Senin (17/7/2023). (YSI)