Retail Sales : Akankah Menjadi Pendukung Bagi The Fed Menentukan Arah Kebijakannya

Pada malam nanti waktu perdagangan AS, badan sensus AS akan merilis data Penjualan Ritel untuk bulan September, yang mana data ini akan menjadi salah satu data pendukung bagi sektor belanja konsumen AS, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi AS hingga sebesar 70%, sekaligus juga akan memberikan petunjuk sampai sejauh mana sektor belanja konsumen ini mempengaruhi laju inflasi di AS.
Saat ini inflasi yang masih belum bergerak ke arah target 2% dari Federal Reserve, menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi perekonomian di negeri Paman Sam tersebut, yang juga menentukan arah kebijakan bank sentral untuk mengatasi inflasi yang saat ini masih berada di kisaran tingginya.

Adapun penjualan ritel ini setidaknya akan mempengaruhi poros kebijakan suku bunga The Fed yang akan mengadakan pertemuan kebijakannya di bulan November mendatang, dimana data ini akan memuat sejauh mana kekuatan konsumen AS mampu mengendalikan inflasi, yang memberikan tekanan terhadap nilai tukar US Dollar terhadap mata uang lainnya.

Selama ini kita mengetahui bahwa langkah-langkah moneter untuk menjinakkan laju inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga acuan dari bank sentral, namun di satu sisi suku bunga atau biaya pinjaman yang tinggi tentunya akan berdampak kepada perekonomian di suatu negara, sehingga segala aspek pendukung ekonomi, baik itu dari data ekonomi maupun kebijakan moneter akan menjadi faktor mendasar yang menimbulkan pergerakan di pasar global.

Para ekonom memperkirakan bahwa Retail Sales AS akan mencatat kenaikan hingga sebesar 0.3% dari bulan September sebelumnya di kisaran 0.6%.

Segala sesuatu yang menyangkut sektor belanja konsumen tentunya tidak akan terlepas dari pasar tenaga kerja, seperti yang kita ketahui bahwa pasar tenaga kerja AS saat ini sudah berada dalam kondisi yang ketat, artinya adalah semakin banyak tersedianya lapangan kerja maka tingkat pengangguran akan turun, dan hal ini biasanya dijadikan acuan bagi The Fed untuk melihat data ini sebagai data pendukung untuk mengukur sejauh mana kekuatan pasar tenaga kerja dan inflasi guna memberikan petunjuk bagi para pejabat The Fed untuk menentukan langkah kebijakan selanjutnya.

Hasil data yang lebih kuat dari perkiraan maka dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa laju inflasi akan kembali di jalur kenaikannya serta sekaligus menambah pandangan bahwa Federal Reserve perlu untuk mempertahankan suku bunga di kisaran tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Namun jika hasilnya lebih lemah dari perkiraan maka pasar akan memperkirakan jika inflasi telah mampu dijinakkan dan hal ini tentunya akan menjadi sinyal kuat bagi bank sentral AS untuk mengakhiri siklus pengetatan kebijakan moneternya.