Perekonomian China Kian Terkontraksi di Tengah Kemerosotan Properti, Belanja Konsumen yang Lemah dan Jatuhnya Pertumbuhan Kredit
Lembaga keuangan besar global telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini di bawah target pemerintah sebesar 5% karena pemulihan ekonomi China mulai terseok.
Laba perusahaan-perusahaan industri di China pada bulan Juli 2023 anjlok 6,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya atau secara tahunan. Penyebabnya, karena permintaan melemah di tengah tersendatnya pemulihan ekonomi China paska pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China (NBS), laba perusahaan industri juga merosot 8,3% dari bulan Juni. Secara total, laba sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini menyusut 15,5% secara tahunan. Adapun pada semester pertama tercatat sudah anjlok 16,8%.
Perusahaan industri pelat merah China mencatat penurunan laba 20,3% secara tahunan sepanjang tujuh bulan pertama tersebut. Laba perusahaan-perusahan asing melorot 12,4%, dan perusahaan swasta kontraksi 10,7%.
Selama periode itu, 28% dari 41 perusahaan industri besar mengalami penurunan laba. Industri peleburan logam besi dan pengolahan rolling tercatat mengalami penurunan laba terdalam, yakni mencapai 90,5%.
Kendati laba merosot, tekanan pada bahan baku di industri menengah dan hilir sudah mereda sejalan dengan penurunan harga komoditas. Biaya pada unit perusahaan industri telah membaik secara keseluruhan pada Juli. Ini merupakan penurunan pertama secara tahunan sejak awal 2023.
Lembaga keuangan besar global telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini di bawah target pemerintah sebesar 5% karena pemulihan ekonomi China mulai terseok.
Pemulihan ekonomi China paska Covid-19 terganggu karena memburuknya kemerosotan properti, lemahnya belanja konsumen dan jatuhnya pertumbuhan kredit. Kondisi ini telah mendorong pemerintah untuk memangkas suku bunga dan menjanjikan dukungan lebih lanjut. (YSI)