Fokus Trader Sesi Asia Hari Ini Pada Kebijakan Moneter PBoC Terbaru dan Rilis Data Neraca Perdagangan Jepang
Keputusan suku bunga PBoC terbaru ini rilis beberapa hari setelah rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) China pada kuartal II-2023, di mana angkanya berada di bawah ekspektasi.
Investor akan mengamati dengan cermat keputusan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) terkait suku bunga pinjaman terbarunya pada hari ini, untuk melihat apakah pemerintah China akan berusaha memacu pertumbuhan dengan memangkas suku bunga.
Keputusan suku bunga PBoC terbaru ini rilis beberapa hari setelah rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) China pada kuartal II-2023, di mana angkanya berada di bawah ekspektasi.
PBoC diperkirakan akan menahan suku bunga pinjaman acuan (loan prime rate/LPR) untuk tenor 1 tahun di level 3,55% dan 4,2% untuk tenor 5 tahun.
Dunia kini juga menunggu langkah lanjutan dari PBoC untuk ikut memulihkan ekonomi China yang tengah melambat.
Sebelumnya pada Senin awal pekan ini, PDB China pada kuartal II-2023 tumbuh sebesar 6,3% (year-on-year/yoy), angka ini meleset dari ekspektasi. Berdasarkan perkiraan ekonom yang di survei Reuters pada kuartal II-2023 ini pertumbuhan ekonomi China mencapai 7,3% (yoy).
Sementara secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), laju pertumbuhan ekonomi China tercatat 0,8% dari kuartal I-2023. Angka ini tercatat lebih lambat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang tercatat 2,2%.
Melambatnya ekonomi China menjadi kekhawatiran besar pasar mengingat Negara Tirai Bambu adalah negara dengan size ekonomi terbesar kedua di dunia sekaligus motor penggerak utama pertumbuhan Asia.
Sementara itu dari Jepang, data neraca perdagangan periode Juni 2023 akan dirilis pada hari ini. Pertumbuhan ekspor Jepang sudah jauh melandai dalam setahun terakhir, dari 19,3% (yoy) pada Juni 2022 menjadi 0,6% (yoy) pada Mei tahun ini.
Kinerja impor bahkan lebih buruk. Impor sudah terkoreksi sebesar 9,9% pada Mei 2023. Artinya, impor sudah terkoreksi dalam dua bulan beruntun.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah menguatnya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,31%, S&P 500 bertambah 0,24%, dan Nasdaq Composite naik tipis 0,03%.
Kenaikan mayoritas pasar saham di Wall Street disokong oleh laporan triwulanan perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar (big cap) yang mengalami kenaikan.
Sejauh ini, musim pendapatan kuartal kedua dimulai dengan awal yang kuat. Bagi banyak investor, rentetan kenaikan pendapatan baru-baru ini didukung skenario siklus menghindari resesi (soft-landing). Ini adalah prospek yang mendapatkan daya tarik setelah data inflasi yang menggembirakan minggu lalu.
Ekspektasi kinerja keuangan yang membaik pada April-Juni 2023 menjadi alasan lain mengapa bursa Wall Street berpesta pora. Dari 38 perusahaan di indeks S&P yang sudah melaporkan kinerja keuangan pada April-Juni, 82% mampu membukukan kinerja di atas ekspektasi.
Sementara itu pada Selasa lalu, penjualan ritel AS hanya tumbuh 0,2% (month-to-month/mtm) dan 1,49% (yoy) pada Juni tahun ini. Penjualan ritel jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0,3% (mtm) dan 1,6% (yoy).
Penjualan juga lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Mei yakni 0,5% (mtm) dan 2% (yoy).
Melemahnya penjualan ritel ini menjadi sinyal jika permintaan di AS memang sudah melemah sehingga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diharapkan akan melunak secepatnya. (YSI)