Data Ekspor Jepang Dirilis Menurun, Pertama Kali Sejak Februari 2022
Pemerintah Jepang telah mengandalkan ekspor untuk menopang perekonomian negara itu dan mengurangi konsumsi swasta yang telah terpukul karena berlanjutnya kenaikan harga.
Perdagangan ekspor Jepang pada Juli mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir 2,5 tahun terakhir atau sejak Februari 2022. Penurunan ekspor disebabkan karena melemahnya permintaan minyak light dan peralatan pembuat cip.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Keuangan Jepang (MOF) pada Kamis (17/8) seperti dilansir Reuters, ekspor Jepang pada Juli turun 0,3% secara tahunan (year on year). Padahal bulan sebelumnya masih tumbuh 1,5%.
Pemerintah Jepang telah mengandalkan ekspor untuk menopang perekonomian negara itu dan mengurangi konsumsi swasta yang telah terpukul karena berlanjutnya kenaikan harga.
Namun, momok perlambataan ekonomi global dan goyahnya pemulihan ekonomi China sebagai pasar utama ekspor Jepang, menimbulkan kekhawatiran akan prospek ekspor Negeri Sakura itu.
Berdasarkan tujuan, ekspor Jepang ke China pada Juli turun 13,4% secara tahunan, memperdalam kontraksi pada bulan sebelumnya yang sudah mencapai 10,9%. Kondisi ini terutama disebabkan karena penurunan pengiriman mobil, baja tahan karat, dan cip IC.
Sementara pengiriman ke Amerika Serikat (AS), sekutu utamanya, masih naik 13,5% secara tahunan, melanjutkan kenaikan 11,7% pada Juni. Pertumbuhan ini didorong pengiriman kendaraan listrik dan suku cadang mobil.
Data terpisah yang dirilis Kantor Kabinet mencatat ukuran utama belanja modal pada Juni meningkat. Data ini memberisecercah harapan yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang secara berkelanjutan.
Impor Jepang turun 13,5% pada Juli. Alhasil, neraca perdagangannya mengalami defisit 78,7 miliat yen atau setara US$ 537,2 juta. Meleset dari proyeksi konsensus analis yakni surplus 24,6 miliar yen.
Pada pertemuan bulan Juli, BOJ mempertahankan target kontrol kurva imbal hasil tidak berubah tetapi mengambil langkah-langkah untuk memungkinkan suku bunga jangka panjang naik lebih bebas sejalan dengan peningkatan inflasi dan pertumbuhan. (YSI)